Jumat, 07 Agustus 2009

Sejarah Penyakit Chikungunya

WABAH CHIKUNGUNYA
YANG SEDANG MELANDA NIAS




Oleh : Onlyhu Ndraha
Ketua Dewan Kesehatan Rakyat (DKR) Kab. Nias
Dan Wartawan Deli Pos




Pertengahan tahun ini, pulau Nias dikagetkan dengan sejenis penyakit baru. Menurut masyarakat jenis penyakit ini merupakan wabah dan sangat panik untuk mengantisipasinya. Gejala yang dialami oleh masyarakat seperti demam , sakit persendian, nyeri otot, bercak kemerahan pada kulit, kejang dan penurunan kesadaran, manifestasi perdarahan dan adanya gejala-gejala lain. Wabah ini hampir seluruh desa di pulai Nias mengalaminya.
Wabah yang sedang terjadi di pulau Nias sebenarnya bukan merupakan penyakit yang baru ada melainkan sudah terjadi sekitar tahun 1779 di Batavia dan Kairo, 1823 di ZanzĂ­bar, 1824 di India, 1901 di Hongkong, Burma dan Madras serta 1923 di Calcuta. Penyakit ini ditularkan oleh virus Chikungunya. Virus Chikungunya adalah Arthopod Borne yang ditransmisikan oleh beberapa spesies nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. Dari hasil uji Hemaglutinasi Inhibisi dan uji Komplemen Fiksasi, virus ini termasuk Genus Alphavirus (“grup A” Arthopod-borne viruses) dan famili dari Togaviridae. Sedangkan Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh (“group B” Arthopod-borne virases atau flash virus). Dan dari tahun 2000-2007 di Indonesia terjadi kejadian luar biasa Chikungunya pada hampir semua propinsi dengan 18.169 kasus tanpa kematian. Penyebab penyakit Chikungunya biasanya terjadi pada daerah endemis Demam Berdarah Dengue. Banyaknya tempat perindukan nyamuk sering berhubungan dengan peningkatan kejadian penyakit Chikungunya.
Ada tiga faktor yang memegang peranan dalam penularan penyakit Chikungunya, yaitu manusia, virus dan vaktor perantara. Virus Chikungunya ditularkan kepada manusia melalui digitan nyamuk Aedes Aegypti atau Aedes Albopictus. Nyamuk Aedes tersebut dapat mengandung virus Chikungunya pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum demam sampai 5 hari estela demam timbul. Kemudian virus yang berada di kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation period) sebelum dapat ditularkan kembali kepada manusia pada saat digitan berikutnya. Di tubuh manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 4-7 hari (intrisic incubation period) sebelum menimbulkan penyakit.
Dari gejala yang ditimbulkan penyakit Chikungunya seperti :
Demam
Pada fase akut selama 2-3 hari selanjutnya dilanjutkan dengan penurunan suhu tubuh selama 1-2 hari kemudian naik lagi membentuk kurva “sadle back fever” (Bafasik). Bisa disertai menggigil dan muka kemerahan (flushed face). Pada beberapa penderita mengeluh nyeri dibelakang bola mata dan bisa terlihat mata kemerahan (conjunctival injection).
Sakit Persendian
Nyeri persendian ini sering merupakan keluhan yang pertama muncul sebelum timbul demam. Nyeri sendi dapat ringan (arthralgia) sampai berat menyerupai artritis rheumathoid, terutama di sendi-sendi pergelangan kaki/tangan sering dikeluhkan penderita. Nyeri sendi ini merupakan gejala paling dominan, pada kasus berat terdapat tanda-tanda radang sendi, yaitu kemerahan, kaku, dan bengkak. Sendi yang sering dikeluhkan adalah pergelangan kaki, pergelangan tangan, situ, jari lutut, dan pinggul. Pada posisi berbaring biasanya penderita miring dengan lutut tertekuk dan berusaha mengurangi dan membatasi gerakan. Arthitis ini dapat bertahan selama beberapa minggu, bulan bahkan ada yang sampai bertahan beberapa tahun sehingga dapat menyerupai Rheumatoid Arthritis.
Bercak Kemerahan (Rash) pada Kulit
Kemerahan di kulit bisa terjadi pada seluruh tubuh berbentuk makulo-papular (viral rash), sentrifugal (mengarah ke bagian anggita gerak, telapak tangan dan telapak kaki). Bercak kemerahan ini terjadi pada hari pertama demam, tetapi lebih sering muncul pada hari 4-5 demam. Lokasi kemerahan di daerah muka, badan, tangan dan kaki.
Kejang dan Penurunan Kesadaran
Kejang biasanya pada anak karena demam yang terlalu tinggi, jadi kemungkinan bukan secara langsung oleh penyakitnya. Kadang-kadang kejang disertai penurunan kesadaran. Pemeriksaan cairan spinal (cerebro Spinal) tidak ditemukan kelainan biokimia atau jumlah sel.
Manifestasi Perdarahan
Tidak ditemukan perdarahan pada saat awal perjalanan penyakit walaupun pernah dilaporkan di India terjadi perdarahan gusi pada 5 anak dari 70 anak yang diobservasi. Dan gejala lain yang mungkin terjadi adalah kolaps pembuluh darah kapiler dan pembesaran kelenjar getah bening.
Dari hasil diskusi dengan salah satu dokter yang bertugas di PUSKESMAS Gunungsitoli Fodo (Fajar Calvin Harefa) dengan ketua Dewan Kesehatan Rakyat (DKR) kabupaten Nias (Onlyhu Ndraha) (07/08/09) ia mengatakan bahwa wabah ini sebenarnya sudah lama terjadi di Indonesia dan di Nias sendiri sudah pernah terjadi sebelumnya. Cara penanggulangan masyarakat sangat diharapkan kebrsihan lingkungan. Karena faktor kesehatan dipengaruhi oleh lingkungan sebesar 60%. Selain dari pada itu kiranya memakai kelambu setiap tidur, memasak air sampai mendidih, membuang tempat yang mengandung sarang nyamuk dan segera konsultasikan kepada Puskesmas terdekat.

1 komentar: